Halaman

Minggu, 04 Mei 2014

TEORI PROPOSAL KEGIATAN





Proposal adalah gambaran awal dari penelitian atau tulisan karya ilmiah atau merupakan rencana yang dituangkan dalam bentuk rancangan kerja. Proposal dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan izin atau persetujuan atas kegiatan yang akan dilaksanakan.

Secara umum ada beberapa jenis proposal yang sangat populer, diantaranya yaitu;
1. Proposal kegiatan
Setiap kegiatan resmi di masyarakat atau pun di lingkungan lembaga pendidikan yang akan diadakan biasanya di susun proposal kegiatannya terlebih dahulu. Proposal ini berisi rancangan kegiatan yang akan di adakan. Tujuan dari penyusunan poroposal ini selain agar kegiatan terencana dengan baik juga berfungsi sebagai sarana fundrising.

2. Proposal skripsi
Proposal skripsi ini berisi tentang gambaran kegiatan penelitian yang akan dilakukan, mulai dari tujuan, latar belakang, metode, pendanaan, hingga waktu yang digunakan.

3. Proposal bisnis/usaha
Proposal bisnis / usaha ini bertujuan untuk menjual ide usaha kepada pihak lain dengan harapan ide tersebut diterima dengan kompensasi bantuan modal usaha.

4. Proposal pengajuan kredit
Proposal pengajuan kredit ini biasanya dibuat oleh Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam mengajukan suntikan modal usaha dari koperasi atau bank yang menyediakan bantuan dana untuk UKM.

5. Proposal penelitian
Proposal penelitian ini biasanya disusun oleh mahasiswa, peneliti, dosen yang akan melakukan penelitian pada topik tetentu. Proposal peneletian ini selain memaparkan rancangan penelitian yang akan dikerjakan juga berisi tentang gambaran pembiayaan yang diperlukan.

6. Proposal sponsorship untuk iklan media
Setiap media baik media komunitas maupun media komersial membutuhkan pendanaan untuk keberlangsungan hidupnya. Dan sebagian besar dana tersebut diperoleh dari pemasangan iklan. Oleh karena itu penawaran kerjasama (sponsorship) untuk iklan ini membutuhkan perencanaan yang matang.Untuk menggambarkan kondisi media dan penawaran kerjasama biasanya disusun sebuah proposal sponshorship. Sehingga pihak sponsor bisa memutuskan apakah mereka memasang iklan atau tidak pada media tersebut.

Proposal Penelitian dibagi 4 yaitu:
     1.  Proposal Penelitian Pengembangan
Kegiatan yang menghasilkan rancangan atau produk yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah-masalah aktual. Dalam hal ini, kegiatan pengembangan ditekankan pada pemanfaatan teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip, atau temuan-temuan penelitian untuk memecahkan masalah.
Skripsi, tesis, dan disertasi yang ditulis berdasarkan hasil kerja pengembangan menuntut format dan sistematika yang berbeda dengan skripsi, tesis, dan disertasi yang ditulis berdasarkan hasil penelitian, karena karakteristik kegiatan pengembangan dan kegiatan penelitian tersebut berbeda.
Kegiatan penelitian pada dasarnya berupaya mencari jawaban terhadap suatu permasalahan, sedangkan kegiatan pengembangan berupaya menerapkan temuan atau teori untuk memecahkan suatu permasalahan.

      2.  Proposal Penelitian Kajian Pustaka
Telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Telaah pustaka semacam ini biasanya dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber pustaka yang kemudian disajikan dengan cara baru dan atau untuk keperluan baru.
Dalam hal ini bahan-bahan pustaka itu diperlukan sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran atau gagasan baru, sebagai bahan dasar untuk melakukan deduksi dari pengetahuan yang sudah ada, sehingga kerangka teori baru dapat dikembangkan, atau sebagai dasar pemecahan masalah. 
     
     3.  Proposal Penelitian Kualitatif
Penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala secara holistik-kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.

Ciri-ciri penelitian kualitatif mewarnai sifat dan bentuk laporannya. Oleh karena itu, laporan penelitian kualitatif disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam serta menunjukkan ciri-ciri naturalistik yang penuh keotentikan.


     4.  Proposal Penelitian Kuantitatif
Suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahan-pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan. 

Sistematika Penulisan Proposal Skripsi (Penelitian Kuantitatif)


Bab I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bagian ini berisikan uraian/penjelasan yang berkaitan dengan fenomena-fenomena atau alasan-alasan yang mendasari mahasiswa/peneliti memilih atau tertarik untuk meneliti tema yang ditulis.
1.2. Rumusan dan Batasan Masalah
Atas dasar latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, pada bagian ini mahasiswa/peneliti mulai mengidentifikasi, membatasi dan selanjutnya merumuskan masalah yang hendak diteliti. Setelah rumusan masalah ada, mahasiswa/peneliti dapat menterjemahkan rumusan masalah tersebut dalam bentuk kalimat pertanyaan penelitian.
1.3. Tujuan Penelitian
Bagian berisi tujuan penelitian yang hendak dicapai, dan hal ini seharusnya mengacu kepada rumusan dan pertanyaan penelitian yang telah dibuat sebelumnya.
1.4. Manfaat penelitian
Sedikit berbeda dengan tujuan penelitian, sub bab manfaat penelitian berisikan manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian yang akan dilakukan mahasiswa/peneliti tersebut.
1.5. Metode Penelitian
Bagian berisikan tentang bagaimana secara ilmiah, penelitian akan dilakukan. Poin-poin penting dalam bagian ini adalah :
1.5.1. Objek penelitian
1.5.2. Data / Variabel
1.5.3. Metode pengumpulan data / variabel
1.5.4. Hipotesis
1.5.5. Alat analisis yang digunakan,
1.6. Agenda Penelitian
Bagian ini hanya ada selama mahasiswa/peneliti masih dalam tahap pengajuan UP (usulan penelitian), dan dihilangkan dalam penulisan format PI selanjutnya.
Bab II : LANDASAN TEORI
2.1. Kerangka Teori
Bagian ini berisikan berbagai pengertian dan pemahaman mengenai teori yang benar-benar relevan dengan topik dan variabel.
2.2. Kajian Penelitian Sejenis
Bagian ini berisikan kajian mahasiswa/peneliti terhadap hasil-hasil penelitian sejenis atau penelitian yang memiliki kesamaan topik atau variabel dengan topik atau variabel yang sedang dan akan diteliti oleh mahasiswa/peneliti.
2.3. Alat Analisis
Bagian berisi penjelasan rinci (rumus, formulasi, langkah-langkah perhitungan, dsb.) mengenai berbagai alat analisis deskriptif dan kuantitatif yang akan digunakan dalam analisis masalah/pembahasan.
Bab III : METODE PENELITIAN ( lihat sub-bab 1.5. dalam Bab I )
3.1. Objek Penelitian
3.2. Data / Variabel Yang Digunakan
3.3. Metode Pengumpulan Data
3.4. Hipotesis
3.5. Alat Analisis Yang Dingunakan
Bab III ini dibuat untuk memberikan ruang yang lebih luas lagi bagi mahasiswa/peneliti dalam menguraikan dan menjelaskan metode penelitian yang akan digunakan, sementara keberadaan sub-bab 1.5. terlalu ringkas, khususnya untuk materi-matari penelitian dengan menggunakan data primer dan melakukan survei.
Bab IV : PEMBAHASAN
4.1. Data dan Profile Objek Penelitian
Bagian berisikan Data dan Profile singkat objek penelitian
4.2. Hasil Penelitian dan Analisis/Pembahasan
Dalam bagian ini, mahasiswa/peneliti mulai menyajikan data dan hasil penelitian dan mulai menganalisis secara deskriptif ( dengan tabel, grafik, flow, dan sejenisnya) serta mengkombinasikannya dengan analisis kuantitatif yang telah disebutkan dibagian sub-bab 1.5.5.
4.3. Rangkuman Hasil Penelitian
Berbeda dengan kesimpulan, bagian ini berisi rangkuman hasil penelitian, yang umumnya dapat disajikan dalam tabel ringkasan hasil.
Bab V : PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Bagian ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian mahasiswa/peneliti, yang pada prinsipnya merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian yang ada.
5.2. Saran
Isi yang ada pada bagian ini harus diprioritaskan pada saran terhadap butir-butir kesimpulan yang ada.
5.3. Keterbatasan Penelitian (optional)
Untuk beberapa kasus materi penelitian dan mungkin juga mahasiswa, bagian ini dapat digunakan untuk menyampaikan berbagai keterbatasan yang ada dalam penelitian.
C. Bagian Akhir
- Daftar Pustaka
Berisi daftar referensi (buku, jurnal, majalah, dll), yang digunakan dalam penulisan.
- Daftar Simbol
Berisi deretan simbol-simbol yang digunakan dalam penulisan, lengkap dengan keterangannya.
- Lampiran
Penjelasan tambahan, dapat berupa uraian, program, gambar, perhitungan- perhitungan, grafik, atau tabel, yang merupakan penjelasan rinci dari apa yang disajikan di bagian-bagian terkait sebelumnya.

id.wikipedia.org/wiki/Proposal

TEORI KARANGAN POPULER


Karya ilmiah populer merupakan suatu karya yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang populer sehingga mudah dipahami oleh masyarakat dan menarik untuk dibaca.
Menurut Liang Gee (dalam Dalman, 2012: 155) karangan ilmiah populer adalah semacam karangan ilmiah yang mencakup ciri-ciri karangan ilmiah, yaitu menyajikan fakta-fakta secara cermat, jujur, netral, dan sistematis, sedangkan pemaparannya jelas, ringkas, dan tepat.
Menurut Wardani  (2007:17) karya ilmiah populer adalah karya ilmiah yang disajikan dengan gaya bahasa yang populer atau santai sehingga mudah dipahami oleh masyarakat dan menarik untuk dibaca.
Untuk dapat mengerti pengertian karya tulis ilmiah populer, ada baiknya kita mengkajinya dari kata-kata pembentuknya yaitu tulisan, ilmiah, dan populer. Tulisan adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan sebuah karya tulis yang disusun berdasarkan tulisan, karangan, dan pernyataan gagasan orang lain. Orang yang menyusun kembali hal-hal yang sudah dikemukakan orang lain itu disebut penulis.
Dalam KBBI (2002:370-371) disebutkan bahwa kata ilmiah diartikan sebagai bersifat ilmu atau memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan, sedangkan ilmiah populer diartikan sebagai mengunakan bahasa umum sehingga mudah dipahami oleh masyarakat awam.
Sedangkan istilah populer sendiri artinya dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa populer berarti dikenal dan disukai orang banyak (umum). Bisa juga berarti sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya, atau mudah dipahami orang banyak. Istilah popular merujuk kepada penggunaan bahasa yang relatif lebih santai, padat, serta mudah dicerna oleh masyarakat pembacanya yang begitu beragam.
Karya tulis ilmiah populer merupakan karya ilmiah yang bentuk, isi, dan bahasanya menggunakan kaidah-kaidah keilmuan, serta disajikan dalam bahasa yang santai dan mudah dipahami oleh masyarakat awam.
Slamet Suseno (dalam Dalman, 2012: 156) mengemukakan bahwa karya tulis ilmiah populer lebih banyak diciptakan dengan jalan menyadur tulisan orang lain daripada dengan jalan menulis gagasan, pendapat, dan pernyataannya sendiri. Karya ilmiah populer adalah karangan ilmiah yang berisi pembicaraan tentang ilmu pengetahuan dengan teknik penyajian yang sederhana mengenai hal-hal kehidupan sehari-hari.

Tiga Masalah Pokok Dalam Menulis Karya Ilmiah
  • Masalah Empirisme. Masalah empirisme yang dimaksudkan dalam persoalan menulis yang disebabkan oleh pengalaman di lapangan. Ada tiga pokok yang menyebabkan orang sulit membuat tulisan, yaitu keterbatasan penulis mengembangkan ide, pola tulisan kurang standar, dan kurang berbobot substansi tulisan.
  • Masalah  Retorika. Retorika maksudnya adalah cara mengungkapan ide. Retorika melalui tulisan tertuang dalam bentuk kelancaran ide, linier tidaknya administrasi, pola penyajian data pendukung, dan pola membuat kesimpulan dari suatu argumentasi. Dalam karya ilmiah, retorika yang dianggap memiliki bobot ilmiah ialah tulisan dengan retorika linear. Dalam bentuk tulisan, retorika ini mengacu pada jenis wacana. Setiap jenis wacana mempengaruhi secara jelas bentuk retorika, pilihan kata (diksi), dan tata bahasa yang digunakan penulis. Dalam aspek ini dikenal dengan jenis wacana yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.Perbedaan mendasar antara masing-masing jenis wacana tersebut meliputi empat hal yaitu teknik penyajian alasan (reasoning), teknik memilih urutan penyajian, teknik penggunaan diksi, dan teknik menerapkan gaya tulisan.
  • Masalah Linguistik. Masalah linguistik berarti masalah penguasaan bahasa. Dalam aspek ini ada empat hal yang dijadikan acuan yaitu sintaksis, gramatika, diksi dan kosa kata dan mekanik.Aspek sintaksis ialah kemampuan penulis dalam menyajikan ide dalam bentuk kalmat sederhana, kalimat majemuk, kalimat kompleks, dan kalimat majemuk-kompleks. Penulis harus menunjukkan penguasaan gramatika secara baik, benar dan standar. Kekeliruan menggunakan gramatika ini sangat mengganggu dan menghilangkan ide. Dari aspek pilihan kata, kekeliruan terjadi misalnya dalam penggunaan kata asing.
Ciri-Ciri Karya Tulis Ilmiah Populer
Karya ilmiah (Dalman, 2012:113-114) memiliki ciri-ciri yang dapat dikaji minimal dari empat aspek, yaitu:
  • Struktur
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal, bagian inti dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan.
  • Komponen dan substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.
  • Sikap penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan kata atau gaya bahasa impersonal .
  • Penggunaan bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata atau istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.
Sementara itu menurut Wardani (2006 : 1.6) ciri-ciri karya Ilmiah yaitu:
  1. Dari segi isi, karya ilmiah menyajikan pengetahuan yang dapat berupa gagasan, deskripsi tentang sesuatu atau pemecahan suatu masalah.
  2. Pengetahuan yang disajikan tersebaut didasarkan pada fakta atau data (kajian empirik) atau pada teori-teori yang telah diketahui kebenaranya.
  3. Sebuah karya ilmiah mengandung kebenaran yang objektif serta kejujuran dalam penulisan.
  4. Bahasa yang digunakan adalah bahasa baku dan banyak menggunakan istilah teknis, di samping istilah yang bersifat denotatif.
  5. Sistematika penulisan mengikuti cara tertentu.
Sedangkan ciri-ciri karya ilmiah populer menurut Hakim (2004 : 57) diurutkan sebagai berikut:
  1. Bahan berupa fakta yang objektif
  2. Penyajian menggunakan bahasa yang cermat, tidak terlalu formal tapi tetap taat asas, disusun secara sistematis; tidak memuat hipotesis.
  3. Sikap penulis tidak memancing pertanyaan-pertanyaan yang meragukan.
  4. Penyimpulan dilakukan dengan memberikan fakta.
Sementara itu karakteristik karangan ilmiah populer yaitu:
  1. Apabila pembaca artikel jurnal adalah profesional atau spesialis dalam suatu disiplin ilmu, maka pembaca karangan ilmiah populer adalah masyarakat umum, awam atau profesional dalam bidang lain.
  2. Apabila penulis artikel jurnal selain memberikan nama, lembaga akademik tempat ia bekerja serta kualifikasi akademiknya, maka penulis karangan ilmiah populer menuliskan nama tanpa informasi lain, kecuali ia adalah repoter.
  3. Apabila artikel jurnal ditulis dengan gaya tulis faktual dan “dingin” (tak-emosional) demi objektifitas, maka karangan ilmiah populer ditulis dengan gaya informal, anekdot, personal, serta menghibur.
  4. Apabila artikel jurnal ditulis dengan kalimat yang lebih kompleks dan relatif panjang serta penuh dengan istilah teknis, maka karangan ilmiah populer ditulis dengan kalimat-kalimat singkat dan sederhana serta mudah dibaca.
  5. Apabila artikel jurnal menyertakan kutipan, catatan kaki (footnotes) dan daftar pustaka agar materi yang ditulis dapat divalidasi, maka karangan ilmiah populer umumnya tidak meyertakan informasi-informasi tersebut.
  6. Apabila artikel jurnal lebih dipenuhi tulisan verbal dan sedikit tabel, maka karangan ilmiah populer seringkali dilengkapi dengan berbagai ilustrasi, gambar, foto, dll.
Apabila kebenaran isi artikel jurnal dievaluasi melalui reviu oleh sejawat atau dewan pakar sebagai “referee”, maka pertanggungjawaban isi karangan ilmiah populer cukup diberikan oleh editor majalah.
Contoh karangan ilmiah popular , kita mempunyai keahlian membuat kue dan ingin mengajarkannya kepada orang lain. Kita tulis bahan-bahannya, cara membuat adonan, cara mencetak, cara memanggang, dan cara menyajikannya secara berurutan kemudian dimuat di suatu majalah, jadilah sebuah karya ilmiah populer. Karya ilmiah populer paling sederhana bisa dilihat di majalah-majalah dinding baik di sekolah maupun di rumah sakit. Di rumah sakit biasa ada tulisan-tulisan cara merawat bayi, cara mengatasi demam berdarah, cara mengatasi muntaber, dan lain-lain. Artikel-artikel tersebut termasuk karya ilmiah populer meskipun ditulis dengan bahasa sederhana dan ringkas, tetapi pada dasarnya ditujukan untuk menyampaikan ilmu pengetahuan.

PERBEDAAN ARTIKEL ILMIAH DAN TULISAN POPULER
1. Artikel Ilmiah

a. Tujuan menulis artikel ilmiah adalah untuk mendiseminasikan pemikiran kita ke khalayan akademik lebih luas melalui media jurnal yang sesuai dengan disiplin ilmunya baik lingkup nasional maupun antar bangsa.

b. Artikel ilmiah selayaknya ditulis berdasarkan hasil penelitian lapangan sehingga memuat informasi-informasi dan fakta-fakta empirik yang akurat, mutakhir dan komprehensif dengan metodologi yang jelas.

c. Laporan penelitian saja tidak cukup, karena sering kali hanya dibaca oleh pemberi dana dalam lingkungan terbatas.

d. Artikel ilmiah dipaparkan secara singkat, rinci, logis, sistematis, padat, dan komprehensif (namun tidak bertele-tele), dengan menggunakan bahasa Indonesia (asing) yang sesuai dengan “aturan main” yang berlaku di dunia akademik. sehingga pembahasan dan analisisnya dapat dipahami dengan jelas dan tepat.

e. Dengan artikel ilmiah hasil penelitian menjadi lebih enak dibaca, dicerna dan dipahami karena telah melalui proses penyempurnaan penulisan dan penyuntingan ulang (pembahasan dan analisis termasuk materi, data, bahasa, dsb.)

f. Menulis artikel ilmiah memerlukan persiapan lebih matang, lebih cermat, lebih teliti, dan latihan berkelanjutan. Menulis artikel ilmiah memerlukan juga kesungguhan, keberanian dan kepercayaan diri yang tinggi.

g. Yang tidak kalah pentingnya menulis artikel ilmiah harus dilakukan sebagai suatu kewajiban yang menyenangkan dan mengasyikkan, bukan karena keterpaksaan.

2. Tulisan Populer

a. Tujuan menulis tulisan populer sekadar memberikan sumbangan pemikiran berdasarkan informasi atau wawasan penulisnya dan selanjutnya (lazimnya diharapkan) sebagai bahan wacana atau diskursus tentang topik itu bagi pembacanya.
b. Materinya tidak selalu harus berdasarkan pada fakta-fakta empirik (penelitian), boleh juga dari hasil pengamatan atau perenungan (refleksi).

c. Pembahasan dan analisis tidak perlu terlalu mendalam dan rinci, namun logika serta sistematika pemikiran harus tetap diperhatikan, agar pembaca dapat menangkap pesan sesuai dengan yang ingin disampaikan.

d. Pembahasan dan analisisnya sedapat mungkin menggunakan kata-kata, istilah-istilah atau kalimat yang mudah dicerna dan sudah populer di masyarakat. Semua itu tidak harus secara ketat mengikuti “aturan main” penggunaan tata bahasa yang berlaku di dunia akademik.

Daftar pustaka :

TEORI PROPOSAL




Proposal Penelitian ialah usulan yang berisi rencana kegiatan penelitian yang disajikan secara tertulis untuk memperoleh persetujuan dari pihak yang berwewenang. Pihak yang berwewenang di sini dapat saja seperti lembaga/instansi yang akan mensponsori atau membiayai penelitian tersebut, tempat atau sasaran penelitian, dan lembaga/instansi yang meminta dilakukannya penelitian. Untuk keperluan penulisan skripsi, proposal  penelitian diperlukan untuk memperoleh persetujuan dari Ketua Jurusan atau Ketua Program Bidang Studi.


1.
    Latar Belakang Masalah
Sebelum penelitian dilaksanakan, seorang peneliti harus menjelaskan gagasannya dan alasan-alasan kenapa suatu objek harus diteliti. Pihak-pihak lain yang berkepentingan harus dapat memahami ide yang dikemukakannya, mengingat suatu penelitian bersifat ilmiah dan terbuka. Oleh karenanya terlebih dahulu seorang peneliti harus menyusun latar belakang masalah yang mencemirkan pentingnya suatu masalah yang diteliti. Dalam pembuatan latar belakang masalah harus mengemukakan hal-hal sebagai berikut :
·         Argument mengapa judul penelitian tersebut harus ditulis.
·         Sifat atau tujuan penelitian.
·         Strategi pencapaian tujuan.
·         Tinjauan teoritikal yang mendukung argument tersebut.
·         Hamabatan yang akan ditemukan dalam proses penelitian.
Selain itu pembuatan latar belakang masalah harus memenuhi beberapa criteria tertentu, antara lain:
·         Masalah tersebut baru dan mempunyai dampak terhadap perkembangan ilmu dan penerapannya.
·         Mengajukan suatu konsep yang berbeda dengan yang telah ada
·         Mengajukkan suatu konsep yang berbeda dengan yang telah ada.
·         Menunjukkan jati diri penting suatu malasah yang diterapkan pada suatu keadaan tertentu.
·         Mencari jawaban atas penyelesaian suatu masalah.

2.    Batasan Masalah
Agar penelitian dapat mengarah ke inti masalah yang sesungguhnya maka diperlukan pembatasan ruang lingkup masalah penelitian sehingga penelitian yang dihasilkan menjaadi lebih fokus dan tajam. Berarti dapat dikatakan pulan membati ruang lingkup masalah sebagai pematasan ruang lingkup penelitian. Dalam hal ini ada 4 tahap yang dapat dilakukan.
Pertama, dengan cara memeriksa atau mempelajari hasil-hasil penelitian atau kajian yang telah dilakukan peneliti sebelumnya (examine the literature).
Kedua, membicarakan atau mendikusikan dengan kolega atau orang lain yang berkompeten dengan harapan dapat memperoleh masukan yang bermanfaat (talk over ideas with others).
Ketiga, mencoba membatasi ruang lingkup dengan cara memperlakukan topik yang hendak dikaji untuk konteks yang khusus, waktu yang lebih terbatas.
Keempat, membatasi ruang lingkup studi dengan cara terlebih dahulu menetapkan tujuan atau manfaat studi yang diinginkan.

3.   Perumusan Masalah
Dalam merumuskan masalah penelitian terdapat berbagai macam cara yang dapat digunakan. Berikut merupakan ringkasan langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam merumuskan masalah dalam suatu penelitian:
  1. Permasalah adalah kesenjangan (gap) antara das sollen (apa yang seharusnya) dan das sein (apa yang ada).
  2. Uraikan pendekatan konsep untuk menjawab masalah yang diteliti, hipotesis yang akan diuji atau dugaan yang akan dibuktikan. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan defenisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian.
  3. Telah memunculkan konsep-konsep tertentu. Misal: attitudes, social distence, effectiveness, credibility, dan lain-lain.
  4. Sumber permasalahan dapat diperoleh dari : bacaan, seminar, lokakarya, diskusi, pernyataan pemegang otoritas, pengamatan, pengalaman, dan lain sebagainya.
4.   Tujuan Penelitian
Tujuan bertujuan untuk menjawab research question. Tujuan merupakan suatu pertanyaan tentang apa yang ingin diketahui atau ditentukan. Bentuk dari tujuan tersebut bisa berupa identifikasi karakteristik variabel. Mendiskripsi suatu fenomena, explorasi suatu fenomena, penjelasan suatu fenomena atau prediksi terhadap fenomena. Tujuan berkaitan dengan masalah yang dikemukakan, baik itu ditingkat regional, nasional ataupun ditingkat lokal. Masalah yang dikemukakan sebaiknya masih relevan dengan keadaan saat ini, atau dimasa yang akan datang.

Tujuan Penelitian terdiri dari:
  1. Tujuan Umum:
  • Merupakan rangkuman dari keseluruhan tujuan khusus.
  • Bersifat ideal.
      2.  Tujuan khusus;
  • Uraian dari berbagai hal yang ingin diketahui, pada penelitian yang akan dilakukan
  • Bersifat objektif.
5.   Manfaat Penelitian
Rumusan tentang manfaat penelitian adalah kelanjutan dari tujuan penelitian. Bagian ini berisikan uraian tentang temuan baru yang dihasilkan dan manfaat temuan penelitian tersebut bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh ilmuan lain untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS).

6.   Hipotesis
Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang akan diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan/ menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori


Tahap-tahap pembentukan hipotesis pada umumnya sebagai berikut:
1.      Penentuan masalah. Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
2.      Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis). Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, observasi tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
3.      Pengumpulan fakta. Dalam penalaran ilmiah, diantara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
4.      Formulasi hipotes. Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu diantara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.
5.      Pengujian hipotesa, artinya mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diobservasi dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. Terjadi falsifikasi(penyalahan) jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa, dan bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi(corroboration). Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
6.      Aplikasi/penerapan. apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.

Ciri-ciri hipotesis yang baik :
a.      pernyataan hipotesis mencakup suatu tujuan/maksud penelitian, ini bebrarti untuk hipotesis yang bersifat deskriptif tujuan penelitian dinyatakan secara jelas mengenai kondisi, ukuran, ataupun distribusi beberapa variabel yang diuji dan dijelaskan dalam proses penelitian. Jika hipotesis bersifat explanatory, harus dijelaskan fakta-fakta yang diberikan sebagaimana ingin dijelaskan dalam penelitian tersebut.
b.     Hipotesis bersifat testable, artinya pernyataan yang digunakan mempunyai kata-kata yang bersifat mempertanyakan suatu masalah, sehingga perlu untuk diuji kembali hal-hal yang memang tidak perlu lagi diuji kebenarannya.
c.     Hipotesis pada suatu penelitian harus lebih baik dibanding pada penelitian yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa suatu penelitian yang ditawarkan kepada berbagai pihak akan dinilai apakah kedua hal diatas memang dipenuhi oleh suatu hipotesis.

7.   Kajian Pustaka / Landasan Teori
Dalam penelitian , kajian pustaka (review of literature) merupakan langkah paling awal begitu tema penelitian (bukan judul) diperoleh. Kajian pustaka mencakup tiga hal, yaitu: penempatan, pembacaan, dan penilaian terhadap hasil-hasil penelitian dan kajian yang sudah ada yang terkait dengan rencana penelitian yang akan kita lakukan.

      7.1 Teori
Tujuan dalam pembuatan kajian pustaka adalah membantu peneliti untuk menyelesaikan masalah penelitiannya dengan mengacu pada teori dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan. Selain itu fungsi dari kajian pustaka adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui Sejarah Masalah Penelitian
Berdasarkan sejarah masalah yang berkaitan dengan masalah penelitiannya,
peneliti akan mendapatkan informasi tentang hal-hal yang telah dilakukan oleh
para peneliti sebelumnya, aspek-aspek yang telah diteliti, prosedur-prosedur yang
telah diterapkan, hasil dan hambatan yang ditemukan di dalam penelitian, dan
perbedaan antara masalah yang hendak dipecahkan dengan masalah-masalah
yang sudah dipecahkan orang lain.
2. Memilih Prosedur Penyelesaiaan Masalah Penelitian
Berdasarkan prosedur-prosedur yang telah diterapkan oleh para peneliti
sebelumnya yang berkaitan dengan masalah penelitiannya, peneliti dapat memilih
prosedur yang cocok atau membuat prosedur baru berdasarkan kajian tentang
kelebihan dan kekurangan dari prosedur-prosedur yang ada.
3. Memahami Latar Belakang Teori Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang teori masalah penelitian, peneliti dapat memetakan
kedudukan masalah penelitiannya ke dalam perspektif cakupan pengetahuan
yang lebih luas, sehingga dapat membantu peneliti dalam menjelaskan
pentingnya penelitan itu dilakukan serta dampak dari hasil penelitiannya.
4. Mengetahui Manfaat Penelitian Sebelumnya
Berdasarkan kajian dari hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan, peneliti
dapat memperkirakan manfaat hasil penelitian yang akan dilaksanakannya.
5. Menghindari Terjadinya Duplikasi Penelitian
Pengkajian pustaka dapat menghindari duplikasi penelitian. Dalam batas-batas
tertentu suatu penelitian boleh merupakan duplikasi dari penelitian lain,
sepanjang penelitian yang akan dilaksanakan memiliki tujuan berbeda untuk
melengkapi hasil penelitian sebelumnya atau mempunyai alasan yang kuat untuk
meragukan hasil penelitian sebelumnya (bukan plagiat).
6. Memberikan Pembenaran Alasan Pemilihan Masalah Penelitian
Kajian pustaka harus berfungsi sebagai kajian secara kritis tetapi singkat tentang
kekhususan, manfaat dan kelemahan dari penelitian sebelumnya (bukan sekadar
senarai teori atau hasil penelitian yang relevan saja), sehingga peneliti dapat
memberikan pembenaran tentang pentingnya masalah tersebut diteliti.

Pembuatan kajian pustaka sebaiknya mengikuti langkah awal, sebagai berikut :
1. Mencari informasi ke perpustakaan atau internet.
2. Menyiapkan butir-butir yang perlu dalam mencatat informasi dari pustaka,
meliputi kelengkapan sumber informasi, kriteria informasi, cara mencatat sumber
informsi dari internet, dan sebagainya.
3. Menyiapkan kartu atau buku untuk mengumpulkan informasi yang relevan.
4. Menyiapkan sistematika pengumpulan informasi.

Penulisan kajian pustaka sebaiknya mengikuti saran sebagai berikut :
1. Pertahankan fokus perhatian pada masalah penelitian yang akan dilaksanakan,
agar penulisan kajian pustaka tetap relevan dengan masalah yang akan diteliti.
2. Buatlah rencana struktur penulisan kajian pustaka dengan baik (jangan menulis
menurut urutan ditemukannya pustaka itu).
3. Tekankan keterkaitan antara pustaka dengan masalah penelitian yang (akan,
sedang, atau baru saja) dipecahkan oleh peneliti.
 
        7.2    Pentingnya Kajian Pustaka

Secara ringkas, menurut Borg dan Gall (1989: 114-119), dan Latief (2012: 43-50) setidaknya ada enam alasan mengapa kajian pustaka harus dilakukan, sebagaimana uraian berikut:
  1. Sangat bermanfaat untuk menajamkan rumusan masalah penelitian yang diajukan, sehingga besar kemungkinan rumusan masalah yang sudah dibuat berubah setelah peneliti membaca pustaka karena telah memiliki wawasan tentang tema yang diteliti lebih luas daripada sebelumnya. Dengan demikian, rumusan masalah, terutama dalam penelitian kualitatif, bersifat tentatif. Tidak sedikit penelitian gagal karena masalah yang diteliti terlalu luas. Rumusan masalah yang spesifik dan dalam lingkup yang kecil jauh lebih baik daripada yang luas dan umum. Umumnya, rumusan masalah yang tidak jelas berakibat pada data yang diperoleh juga tidak jelas, sehingga antara masalah  yang hendak dijawab dan data yang ada tidak sambung. Ujungnya kesimpulannya tidak berangkat dari data, tetapi pendapat pribadi peneliti. Tentu ini tidak bisa dibenarkan. Hal demikian bisa dihindari melalui kajian pustaka dengan serius.
  2. Kajian pustaka tidak saja untuk mempelajari apa yang telah dilakukan orang lain, tetapi juga melihat apa yang terlewatkan dan belum dikaji oleh peneliti sebelumnya. Bagian atau wilayah yang terlewatkan itu bisa menjadi area penelitian baru. Tetapi kenyataannya sering terjadi karena pengalaman yang kurang, isu-isu penting yang mestinya bisa diangkat terlewatkan begitu saja, terutama pada bidang-bidang yang belum banyak diteliti.
  3. Untuk melihat bahwa pendekatan penelitian  yang kita lakukan steril dari pendekatan-pendekatan lain. Sebab, pada umumnya kajian pustaka justru menyebabkan peneliti meniru pendekatan-pendekatan yang sudah lama dipakai orang lain, sehingga tidak menghasilkan temuan yang berarti. Mencoba pendekatan baru --- walau mungkin salah --- lebih baik daripada mengulang hal yang sama berkali-kali walau benar. Pengulangan justru menunjukkan peneliti tidak cukup melakukan pembacaan literatur secara memadai. Kesalahan metodologis akan disusul dan dikoreksi oleh peneliti selanjutnya, sehingga menyebabkan ilmu pengetahuan berkembang. Karena itu, dalam ilmu pengetahuan kesalahan bukan sesuatu yang aib. Proses demikian oleh Polanyi disebut sebagai falsifikasi.
  4. Memperoleh pengetahuan (insights) mengenai metode, ukuran, subjek, dan pendekatan yang dipakai orang lain dan bisa dipakai untuk memperbaiki rancangan penelitian yang kita lakukan. Rancangan penelitian, lebih-lebih untuk penelitian kualitatif, bukan sesuatu yang sekali jadi, melainkan terus diperbaiki agar diperoleh metode yang tepat untuk memperoleh data dan menganalisisnya. Kenyataan di lapangan ditemukan racangan penelitian kualitatif seragam dari satu proyek penelitian ke yang lain. Padahal, walaupun berangkat dari paradigma yang sama rancangan penelitian kualitatif bisa berbeda dari penelitian ke penelitian lainnya, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus atau fenomena tertentu.
  5. Melalui kajian pustaka, bisa diperoleh pengetahuan berupa rekomendasi atau saran-saran bagi peneliti selanjutnya. Informasi ini tentu sangat penting karena rekomendasi atau saran merupakan rangkuman pendapat peneliti setelah melakukan penelitian. Usai penelitian, kita juga diharapkan bisa memberikan rekomendasi atau saran bagi peneliti selanjutnya, sebagaimana kita telah mengambil manfaat dari peneliti sebelumnya. Karena itu, rekomendasi atau saran yang baik bukan sembarang saran, melainkan usulan yang secara spesifik bisa diteliti.
  6. Untuk mengetahui siapa saja yang pernah meneliti bidang yang sama dengan yang akan kita lakukan. Orang yang sudah lebih dahulu meneliti bisa dijadikan teman diskusi mengenai tema yang kita lakukan, termasuk membahas hal-hal yang menjadi kekurangan atau kelemahan penelitian, sehingga kita bisa memperbaiki, karena dia telah memperoleh pengalaman lebih dahulu. Malah bisa jadi peneliti terdahulu kita jadikan informan dalam penelitian kita. Sebab, salah satu syarat informan adalah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai tema penelitian yang kita angkat, sehingga dia bisa berdiskusi dan memberi informasi (to inform) kepada peneliti mengenai tema yang diteliti. 
Daftar Pustaka :
http://anaajat.blogspot.com/2013/04/tujuan-dan-manfaat-penelitian.html
http://noorfuadi.blogspot.com/2011/12/cara-membuat-tujuan-manfaat-penelitian.html
http://mujahidinimeis.wordpress.com/2011/01/18/merumuskan-hipotesis-merumuskan-tujuan-dan-kegunaan-penelitian/
http://mudjiarahardjo.com/materi-kuliah/414-manfaat-kajian-pustaka-dalam-penelitian.html