Halaman

Sabtu, 07 Januari 2012

manusia sebagai individu,keluarga dan masyarakat

INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT 


1.    PERTUMBUHAN  INDIVIDU
A.PENGERTIAN INDIVIDU
"Individu" berasal  dari  kata  latin,"individum" artinya "yang  tak terbagi". Jadi,merupakan suatu  sebutan yang  dapat dipakai untu  kmenyatakan suatu kesatuan yang  paling kecil  danterbatas. Dalam  ilmu  sos1al paham  individu menyangkut tabiatnya dengan kehidupan jiwanya yang  majemuk. memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia. Dalam ilmu  sosial, individu menekankan penyelidikan kepada  kenyataan-kenyataan hidup yang  istimewa, yang  tak  seberapa mempengaruhi kehidupan manusia. Timbulnya diferensiasi bukan   hanya pembawaan, tetapi   melalui kaitan dengan dunia yang  telah  mempunyai sejarah dengan peradabannya. Hal ini memberikan keuntungan rohani bagi  individu seperti bahasa, agama, adat istiadat dan  kebiasaan, paham-paham hukum, ilmu  pengetahuan, dan sebagainya. Akan  tetapi, betapapun besarnya pengaruh lingkungan sosial terhadap individu. manusia tetap  mempunyai watak  dan  sifat  tertentu, yang aktif   ditengah-tengah  sesama manusia lainnya.  Insyaf akan"aku"  nya  dan sadar, serta  mengumpulkan kekuatan rohani untuk  bertindak sendiri. Bahkan individu yang   mempunyai kepribadian istimewa. Individu dalam bertingah laku menurut  pola pribadinya ada tiga kemungkinan: menyimpang dari norma kolektif kehilangan individualitas atau takluk terhadap kolektif, dan mempengharuhi masyarakat seperti adanya tokoh pahlawan atau pengacau. Mencari titik optimum antara dua pola tingah laku (sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat) dalam situasi yang senan­ tiasa,  memberi  konotasi   "matang"   atau  "dewasa"   dalam  konteks  sosial. Sebelum  "baik"  atau  "tidak  baik"  pengaruh  individu  terhadap  masyarakat adalah  relatif.


B.PENGERTIAN PERTUMBUHAN

Walaupun  terdapatnya  perbedaan  pendapat  diantara  para  ahli,  namun diakui  bahwa  pertumbuhan  itu  adalah  suatu  perubahan  yang  menuju  ke arahyang  lebih  maju dan lebih dewasa.

Perubahan  ini pada lazimnya disebut dengan istilah  proses.

Untuk selanjutnya timbul beberapa pendapat mengenai pertumbuhan dari berbagai aliran yaitu asosiasi,  aliran psichologi Gestalt dan aliranSosiologi.

Menurut para ahli yang menganut aliran asosiasi berpendapat, bahwa pertumbuhan pada dasarnya adalah proses asosiasi. Pada proses asosiasi yang primer adalah bagian-bagian. Bagian-bagian yang ada lebih dahulu, sedang keseluruhan  ada  pada  kemudian.  Bagian-bagian  ini  terikat  satu  sama  lain menjadi  keseluruhan  oleh asosiasi.
Dapat dirumuskan suatu pengertian tentang proses asosiasi yaitu terjadinya perubahan pada seseorang secara tahap demi tahap karena pengaruh baik dari pengalaman atau empiris luar melalui panca indera yang menimbulkan sen­ sations maupun pengalaman dalam mengenai keadaan batin sendiri yang me­ nimbulkan reflexionis. Dalam proses diferensiasi yang pokok adalah keseluruhan, sedang bagian­ bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian dari keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan  bagian-bagian yang lain. Jadi menurut  proses ini keseluruhan yang lebih dahulu ada, baru kemudian  menyusul  bagian­ bagiannya.  Jadi dari pendapat aliran psikologi Gestalt ini dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan itu adalah proses perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal suatu yang semula mengenal sesuatu secara keseluruhan  baru  kemudian  mengenal  bagian-bagian  dari  lingkungan  yang ada.

C.  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN

Dalam membahas pertumbuhan itu ada bermacam-macam aliran, namun pada garis besarnya dapatdigolongkan  ke dalam tiga golongan,  yaitu :


a)   Pendirian nativistik

Menurut para ahli dari golongan ini berpendapat, bahwa pertumbuhan individu  itu  semata-mata  ditentukan  oleh  faktor-faktor  yang  dibawa  sejak lahir. Para ahli dari golongan ini menunjukkan berbagai kesempatan atau kemiripan antara orang tua dengan anaknya. Misalnya seorang ayah memiliki keahlian di bidang seni lukis maka kemungkinan besar anaknya juga menjadi pelukis. Tetapi  hal ini akan  menimbulkan  keragu-raguan  apakah  kesamaan yang ada antara orang tua dan anaknya  benar-benar disebabkan oleh pembawaan sejak lahir karena adanya fasilitas-fasilitas atau hal-hal lain yang dapat memberikan  dorongan  ke arab kemajuannya.

b) Pendirian Empiristik dan Environmentalistik

Pendirian ini berlawanan dengan  pendapat nativistik. Para ahli berpendapat. bahwa  pertumbuhan individu semata-mata tergantung pada  lingkungan sedang dasar  tidak  berperanan sama  sekali.

Jadi  menurut pendirian ini  menolak dasar  dalam   pertumbuhan individu dan lebih  jauh  menekankan pada  lingkungan dan konsekuensinya hanya lingkunganlah yang  banyak dibicarakan. Pendirian semacam ini biasa disebut pendirian yang environmentalistik. Sehingga dapat  dikatakan bahwa  pendirian ini  pada  hakikatnya adalah kelanjutan dari  faham   emperisme. Menurut faham  ini di dalam  pertumbuhan individu itu baik  dasar  maupun lingkungan kedua-duanya memegang peranan  penting. Bakat  atau dasarsebagai kemungkinan ada pada masing-masing individu namun  bakat dan dasar  yang dipunyai itu  perlu  diserasikan dengan lingkungan yang  dapat  tumbuh dengan baik.  Misalnya pada  anak  yang  normal memiliki dasar  atau  bakat  untu  berdiri tegak  di  atas  kedua  kaki,  bila  anak  ini  diasuh dalam  lingkungan masyarakat manusia. Tetapi apabila anak  yang  normal   ini  kebetulan terlantar di  sebuah hutan  kemudian diasuh oleh  serigala sudah  barang  tentu  anak  itu  tidak  dapat berdiri   tegak   pada  kedua   kakinya dan  dia  akan   merangkak seperti serigala yang  mengasuhnya.


c)   Pendirian Konvergensi dan lnteraksionisme

Kebanyakan para ahli  mengikuti pendirian konvergensi dengan  modifikasi seperlunya. Suatu   modifikasi  yang   terkenal  yang   sering  dianggap  sebagai perkembangan lebih jauh konsepsi  konvergensi  ialah konsepsi  interaksionisme yang  berpandangan dinamis   yang  menyatakan bahwa  interaksi   antara  dasar dan lingkungan dapat menentukan  pertumbuhan individu. Nampak lain dengan konsepsi  konvergensi yang  berpandangan oleh dasar  (bakat)  dan lingkungan.


d)   Tahap pertumbuhan individu berdasar psikologi.

Pertumbuhan individu sejak  lahir  sampai masa dewasa atau  masa kematangan itu  melalui  beberapa  fase  sebagai  berikut  :

a)    Masa  vital  yaitu  dari  0.0  sampai  kira-kira  2,0  tahun.
b)    Masa  estetik  dari  umur  kira-kira  2,0  tahun  sampai  kira-kira 7,0  tahun. c)        Masa  intelektual  dari  kira-kira   umur  7,0  tahun  sampai  kira-kira  umur
13,0  tahun  atau  14,0  tahun.

d)    Masa  sosial,  kira-kira  umur  13,0  tahun  atau  14,0 tahun  sampai  kira-kira umur  20,0  tahun  atau  21 ,0 tahun.


a)    Masa  Vital

Pada masa vital ini individu  menggunakan fungsi-fungsi biologis  untuk menemukan  berbagai hal dalam dunianya.  Menurut Frued tahun pertama dalam kehidupan   individu   itu  sebagai   masa  oral,karena mulut  dipandang  sebagai sumber  kenikmatan dan  ketidaknikmatan.

Pendapat  semacam  ini mungkin  beralasan kepada  kenyataan, bahwa  pada masa  ini  mulut  memainkan   peranan   terpenting dalam  kehidupan individu. Bahwa  anak  memasukkan  apa  saja  yang  dijumpai ke  dalam   mulutnya  itu tidak  karena  mulut  merupakan sumber  kenikmatan utama,  melainkan karena pada waktu  itu mulut  merupakan  alat  utama  untuk  melakukan eksplorasi dan belajar. Pada tahun kedua anak belajar berjalan, dan dengan berjalan itu anak mulaipula  belajar  menguasai   ruang.  Di samping  itu  terjadi  pembiasaan tahu akan  kebersihan. Melalui  tahu  akan  kebersihan itu  anak  belajar  mengontrol impuls-impuls yang  datang  dari  dalam  dirinya.

 b)   Masa  Estetik

Masa estetik  ini dianggap sebagai  masapertumbuhan rasa keindahan. Sebenarnya kata  estetik  diartikan bahwa  pada  masa  ini  pertumbuhan  anak yang   terutama  adalah   fungsi   pancaindera.  Dalam   masa   ini  pula   tampak munculnya gejala   kenakalan  yang   umumnya terjadi  antara   umur  3,0  tahun sampai umur 0,5 tahun.  Anak  sering  menentang kehendak orang  atau,  kadang­ kadang menggunakan kata-kata kasar,  dengan sengaja melanggar apa yang dilarang dan  tidak  melakukan apa  yang  seharusnya untuk  dilakukan.

Adapun alasan anak  berbuat kenakalan dalam  usia-usia tersebut adalah sebagai  berikut : Berkat  pertumbuhan bahasanya yang  merupakan modal  utama  bagi  anak dalam  menghadapi dunianya maka sampai-lah anak  pada  penyadaran "aku"nya atau  tahap  menemukan "aku"nya yaitu  suatu   tahap  ketika   anak  menemukan dirinya sebagai subyek.

c)    Masa  Intelektual (masa  keserasian bersekolah)

Setelah anak  melewati masa  kegoncangan yang pertama, maka  proses sosialisasinya telah berlangsung dengan  Jebih efektif. Sehingga menjadi  matang untuk  dididik daripada masa-masa sebelum dan  sesudahnya.

Ada  beberapa sifat  khas  pada  anak-anak padamasa ini  antara lain  :

          I)          Adanya  korelasi  positif  yang  tinggi  antara  keadaan  jasmani  dengan  prestasi sekolah.
          2) Sikap  tunduk  kepada  peraturan-peraturan, permainan yang  tradisional.

          3)  Adanya  kecenderungan memuji  diri  sendiri.

          4)  Kalau  tidak  dapat  menyelesaikan sesuatu   soal  maka  soal  itu  dianggap      tidak  penting.

           5) Senang  membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain, bila hal itu menguntungkan, dalam hubungan ini ada  kecenderungan untuk meremehkan anak  lain.

            6)    Adanya  minat  kepada  kehidupan   praktis  sehari-hari yang  konkrit.

            7)     Amat  realistik, ingin  tahu,  ingin  belajar.

8)   Gemar   membentuk  kelompok  sebaya,   biasanya  untuk  dapat   bermain bersama-sama.  Di dalam  permainan ada  kecenderungan anak  tidak  lagi terikat   kepada  aturan   permainan  tradisional,  mereka   membuat   aturan­ aturan  sendiri,  setelah   anak  memasuki   masa  kelas-kelas tinggi  sekolah dasar.

d)   Masa  Remaja

Masa remaja  merupakan  masa yang banyakmenarik perhatian  masyarakat karena  mempunyai sifat-sifat khas dan yang menentukan dalam  kehidupan individu  dalam  masyarakatnya. Peranan  manusia  dewasa  harus  hidup  dalam alam kultur dan harus dapat menempatkan dirinya  di antara  nilai-nilai  (kultur) itu maka perlu mengenal dirinya  sebagai  pendukung maupun  pelaksana nilai­ nilai. Untuk inilah maka ia harus mengarahkan dirinya  agar dapat menemukan diri,  meneliti  sikap  hidup  yang lama dan mencoba-coba yang baru agar dapat menjadi   pribadi   yang  dewasa.   Pada  dasarnya  ini  masih  dirinci   ke  dalam beberapa  masa,  yaitu  :


I)    Masa  Pra  remaja

Penggunaan istilah  pra  remaja  ini  hanya  untuk  menunjukkan  satu masa yang mengikuti  masa pueral  yang berlangsung secara  singkat.  Masa ini ditandai  oleh  sifat-sifat negatif  sehingga  disebut  jugamasa negatif.

Pada masa ini terdapat  beberapa  gejala  yang dianggap sebagai  gejala negatif misalnya  tidak tenang,  kurang suka bekerja,  kurang suka bergerak, Iekas Ielah, kebu-tuhan untuk  tidur  besar,  hati sering  murung,  pesimistik dan non sosial.  Atau dapat dikatakan secara  ringkasnya sifat-sifat negatif meliputi   sikap   negatif   dalam   pres-tasi,  baik  prestasi   jasmani   maupun prestasi mental. Negatif dalam sikap sosial baik dalam bentuk pasif maupun dalam  bentuk  agresif  terhadap  masyarakat.

Terjadinya gejala-gejala negatif  itu pada umumnya  berpangkal pada biologis  yaitu mulai bekerjanya kelenjar-kelenjar kelamin,  yang dapat membawa   perubahan-perubahan cepat  dalam  diri  siremaja yang  sering kali perubahan-perubahan yang cepat  ini belum  mereka  fahami  sehingga dapat  menimbulkan rasa  ragu-ragu, kurang  pasti  dan  bersifat  malu.


2)    Masa  remaja

Sebagai  gejala  pada  masa  ini adalah  merindu  puja.  Dalam  fase  ini (masa  negatif)  untuk  pertama  kalinya  remaja  sadar  akan  kesepian  yang tidak  pernah  dialaminya pada  masa-masa sebelumnya.

Kesejukan di  dalam  penderitaan yang  nampaknya tidak  ada  orang yang  dapat  mengerti  dan  memahaminya dan  menerangkannya. Sebagai reaksi  pertama-tama terhadap gangguan ketenangan dan keamanan batinnya ialah proses terhadap sekitarnya  yang dirasakan  tiba-tiba bersikap menelantarkan dan memusuhinya. Sebagai  tingkah  berikutnya  ialah kebutuhan  akan  ternan  yang  dapat  memahami  dan  menolongnya  serta yang dapat  merasakan  suka dan dukanya.

Di sinilah mulai timbul dalam diri remaja itu dorongan untuk mencari pedoman  hidup  yaitu  mencari  sesuatu  yang  dapat  dipandang  bernilai, pantas dijunjung tinggi, dan dipuja-puja. Pada masa remaja ini mereka mengalami  kegoncangan  batin, sebab pada masa ini mereka sudah tidak mau memakai  pedoman hidup kekanak-kanakan, tetapi juga belum mempunyai  pedoman  hidup yang baru. Oleh karena itu maka si remaja itu merasa tidak tenang,  banyak kontradiksi  di dalam dirinya,  mengeritik karena merasa dirinya mampu, tetapi mereka ini juga masih mencari pertolongan  karena belum dapat  mewujudkan  keinginannya.
Proses terbentuknya pendirian hidup ataucita-cita hidup itu dapat dipandang  sebagaipenemuan  nilai-nilai  hidup di dalam eksplorasi  siremaja.

Jadi  proses  penemuan  nilai-nilai  hidup  tersebut  melewati  tiga langkah, yaitu :

( 1)  Karena tiadanya pedoman hingga mereka merindukan sesuatu yang dapat dianggap  bernilai,  pantas  hidup-nya.  Pada taraf ini sesuatu  yang dipuja itu belum mempunyai  bentuk tertentu, sehingga seringkali  mereka hanya tabu bahwa mereka itu menginginkan  sesuatu, tetapi tidak tabu apa yang diinginkan  itu.

(2)  Obyek pemujaan itu telah menjadi lebih jelas yaitu pribadi-pribadi yang dipandangnya mendukung nilai-nilai tertentu. Dalam pemujaan terhadap orang-orang  tertentu  ini umumnya  terdapat  perbedaan  antara  anak laki­ laki  dan  anak  wanita.  Pada anak  laki-laki  sering  nampak  aktif  meniru sedang  anak  wanita  kebanyakan  pasif,  mengagumi  dan  memuja  dalam khayal.

(3)  Para remaja lebih dapat menghargai  nilai-nilai  lepas dari pendukungnya, ni1ai dapat ditangkap dan difabaminya sebagai sesuatu yang abstrak. Oleh karena itu pada saat ini para remaja mulai dapat menentukan pilihan atau pemikiran  hidupnya.


3)   Masa Usia Mahasiswa


Masa umur mahasiswa dapat digolongkan pemuda-pemuda yang berusia sekitar 18,0 tahun sampai 30,0tahun. Mereka dapat dikelompokkan pada masa remaja akhir sampai dewasa awal atau dewasa  madya.

Pada masa usia mahasiswa banyak peristiwa-peristiwa yang perlu untuk diperhatikan, antaralain  yaitu : Bila dilihat dari segi pertumbuhan,tugas perkembangan  pada usia mahasiswa ini adalah pemantapan pendirian hidup, yaitu pengujian lebih lanjut pendirian hidup serta penyiapan diri dengan ketrampilan dan kemampuan-kemampuan yang digunakan untuk merealisasikan pendirian  hidup  yang  telahdipilihnya.   Mahasiswa  ini  termasuk  kelompok khusus dalam suatu masyarakat maka mereka mulai mempersiapkan diri untuk menerima tugas-tugas pimpinan di masa mendatang. Oleh karena itu mereka mulai mempelajari  berbagai aspek kehidupan.Sebagai remaja pimpinan dipelajari dan dipersiapkan selama usia mahasiswa ini, misalnya kebudayaan berkeluarga, kemampuan memimpin, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan menyesuaikan  diri secara  sosial.

Mahasiswa akan mengalami perubahan secara perlahan demi sikap hidup yang idealistik ke sikap hidup yang realistik. Dengan demikian keinginan­ keinginan yang realistik dalam dirinya dan realitas dalam lingkungannya telah diganti dengan yang lebih berdasar kepada realistik. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa di kalangan mahasiswa tidak ada idealisme, justru pada mahasiswa ini banyak terdapat idealisme tetapi idealisme yang realistik yaitu yang dapat diterapkan  dalam tindakan.

2.  FUNGSI-FUNGSI  KELUARGA

Keluarga adalah  unit/satuan masyarakat yang  terkecil yang sekaligus merupakan suatu  kelompok kecil dalam  masyarakat. Kelompok ini, dalam hubungannya dengan perkembangan individu, sering dikenal dengan sebutan primary group. Kelompok inilah  yang  melahirkan individu dengan berbagai macam  bentuk  kepribadiannya dalam  masyarakat. Tidaklah dapat  dipungkiri, bahwa   sebenarnya  keluarga  mempunyai  fungsi    yang   tidak   hanya   terbatas selaku  penerus  keturunan saja.   Banyak  hal-hal  mengenai  kepribadian  yang dapat  dirunut dari  keluarga, yang  pada  saat-saat sekarang ini sering dilupakan orang. Perkembangan intelektual akan  kesadaran lingkungan seorang individu seringkali dilepaskan dan  bahkan dipisahkan dengan masalah keluarga.  Hal­ hal semacam inilah  yang  sering  menimbulkan masalah-masalah sosial, karena kehilangan  pijakan.  Keluarga  sudah  seringkali  kehilangan  peranannya. Oleh  karena itu adalah kebijaksanaan kalau  dilihat dan  dikembalikan peranan keluarga  dan   proporsi  yang   sebenarnya  dengan  skala   prioritas  yang   pas. Keluarga sebagai kelompok pertama yang dikenal individu sangat berpengaruh  secara   langsung   terhadap   perkembangan  individu   sebelum maupun sesudah  terjun  langsung  secara individual  di masyarakat.

A.   PENGERTIAN FUNGSI KELUARGA
Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan atau tugas-tugas  yang harus dilaksanakan  di dalam atau oleh keluarga  itu.


B.  MACAM-MACAM FUNGSI KELUARGA

Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh keluarga itu dapat digolongkan/dirinci kedalam  beberapa  fungsi,  yaitu :

a)    Fungsi  Biologis

b)    Fungsi  Pemeliharaan
c)     Fungsi  Ekonomi
d)    Fungsi Keagamaan
e)     Fungsi Sosial.

a)     Fungsi  Biologis

Dengan fungsi ini diharapkan agar keluarga dapat menyelenggarakan persiapan-persiapan perkawinan bagi anak-anaknya. Karena dengan perkawinan akan  terjadi   proses   kelangsungan  keturunan.  Dan  setiap. man usia  pada hakikatnya  terdapat semacam tuntutan biologis bagi kelangsungan  hidup keturunannya,  melalui perkawinan. Dengan persiapan yang cukup matang ini dapat mewujudkan suatu bentuk kehidupan rumah tangga yang baik dan harmonis. Kebaikan rumah tangga ini dapat  membawa  pengaruh  yang baik pula bagi kehidupan  bermasyarakat.

b) Fungsi  Pemeliharaan

Keluarga  diwajibkan untuk berusaha  agar setiap anggotanya dapat terlindung  dari gangguan-gangguan sebagai  berikut :

1)   gangguan  udara dengan  berusaha  menyediakan  rumah;

2)    gangguan  penyakit  dengan  berusaha  menyediakan  obat-obatan;

3)    gangguan  bahaya dengan  berusaha  menyediakan  senjata,  pagar  tembok dan lain-lain.

Bila dalam  keluarga  fungsi  ini  telah dijalankan  dengan  sebaik-baiknya sudah barang tentu akan membantu terpeliharanya keamanan dalam masyarakat pula. Sehingga  terwujud suatu masyarakat yang terlepas/terhindar  dari segala gangguan  apapun  yang terjadi.


c) Fungsi  Ekonomi

Keluarga  berusaha  menyelenggarakan  kebutuhan  manusia  yang  pokok yaitu :

1)   kebutuhan  makan dan minurn

                  2)   kebutuhan  pakaian untuk menutup tubuhnya

                 3)  kebutuhan  tempat tinggal.

Berhubung  dengan  fungsi  penyelenggaraan  kebutuhan  pokok  ini  maka orang tua diwajibkan untuk berusaha keras agar supaya setiap anggota keluarga dapat cukup  makan dan minum, cukup  pakaian serta  tempat tinggal. Sehubungan dengan fungsi ini keluarga  juga berusaha melengkapi kebutuhan jasmani  dimana keluarga(orang tua) diwajibkan berusaha agar anggotanya  mendapat perlengkapan  hidup yang bersifat jasmaniah baik yang bersifat umum maupun yang bersifat individual




d)    Fungsi  Keagamaan

Di negara Indonesia yang berideologi Pancasila berkewajiban pada setiap warganya (rakyat) untuk menghayati, mendalami dan mengamalkan Pancasila di dalam perilaku dan kehidupan keluarganya sehingga benar-benar dapat diamalkan  P4 ini dalam kehidupan  keluarga  yang Pancasila.

Dengan dasar pedoman ini keluarga diwajibkan untuk menjalani dan mendalami serta mengamalkan ajaran-ajaran  agama dalam pelakunya sebagai manusia yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian akan tercermin bentuk  masyarakat yang Pancasila apabila semua  keluarga melaksanakan  P4 dan fungsi  keluarga itu.

e)    Fungsi Sosial

Dengan fungsi ini keluarga berusaha untuk mempersiapkan anak-anaknya bekal-bekal selengkapnya dengan memperkenalkan nilai-nilai dan sikap-sikap yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan-peranan yang diharapkan akan mereka jalankan kelak bila sudah dewasa. Dengan demikian terjadi apa yang disebut  dengan_istilah sosialisasi.

Dengan  fungsi  ini  diharapkan   agar  di  dalam  keluarga  selalu  terjadi pewarisan  kebudayaan  atau  nilai-nilai  kebudayaan. Kebudayaan  yang diwariskan  itu adalah kebudayaan  yang telah dimiliki  oleh generasi  tua yaitu ayah  dan  ibu,  diwariskan   kepada  anak-anaknya   dalam  bentuk  antara  lain sopan santun, bahasa, cara bertingkah laku, ukuran tentang baik buruknya perbuatan  dan lain-lain.


3. INDIVIDU,  KELUARGA  DAN MASYARAKAT


1) PENGERT/AN INDIVIDU

lndividu   berasal  dari  kata  latin,  "individuum"   yang  artinya  yang  tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang dapat untuk menyatakan suatu kesatuan  yang paling  kecil dan terbatas.

Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan  yang tak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan,  demikian  pendapat  Dr. A. Lysen.


2) PENGERTIAN KELUARGA

Ada  beberapa  pandangan  atau  anggapan  mengenai  keluarga.  Menurut
Sigmund  Freud  keluarga  itu  terbentuk  karena  adanya  perkawinan  pria dan wanita. Bahwa perkawinan itu menurut beliau  adalah berdasarkan  pada  libido seksualis. Dengan  demikian keluarga merupakan manifestai daripada dorongan seksual sehingga landasan keluarga itu adalah  kehidupan seksual suami istri.

3)  PENGERTIAN MASYARAKAT

Drs. JBAF Mayor Polak  menyebut masyarakat (Society) adalah  wadah segenap antar hubungansosial terdiri   atas  banyak   sekali   kolektiva-kolektiva serta  kelompok dan  tiap-tiap kelompokterdiri alas  kelompok-kelompok  lehih baik  atau  subkelompok.

Kemudian  pendapat  dari   Prof.   M.M.   Djojodiguno  tentang  masyarakat adalah   suatu  kebulatan daripada segala perkembangan dalam   hidup  bcrsama antara manusla dengan manusia. Akhirnya Hasan Sadily berpendapat bahwa masyarakat adalah suatu  keadaan badan  atau kumpulan manusia yang  hidup bersama. Jelasnya : Masyarakat adalah  suatu  kelompok manusia  yang  telah  memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat  istiadat yang  sama-sama ditaati dalam lingkungannya.

( 1)  Masyarakat Non  lndustri

Secara garis   besar, kelompok nasional atau  organisasi  kemasyarakatan non  industri dapat digolongkan  menjadi dua  golongan, yaitu   kelompok primer (primary group) dan  kelompok sekunder (secondary group).

(a)  Kelompok primer

Dalam kelompok primer, interaksi antar  anggota terjalin lebih    intensif, lebih  erat,  lebih  akrab. Kelompok primer ini disebut juga  kelompok "face to face  group", sebab para  anggota kelompok sering berdialog, bertatap muka,  karena itu sating mengenal lebih dekat, lebih akrab. Sifat  interaksi dalam  kelompok-kelompok primer  bercorak  kekeluargaan dan lebih berdasarkan simpati. Pembagian kerja  atau  pembagian tugas  pacta kelompok menerima   serta  menjalankan tugas  tidak  secara paksa, lebih dititik beratkan pacta kesadaran. tanggung jawab para anggota dan berlangsung atas  dasar  rasa simpati dan  secara  sukarela.

Contoh-contoh kelompok  primer, antara lain :keluarga, rukun tetangga, kelompok   belajar.kelompok agama,  dan  lain  sebagainya.

(b)   Kelompok  sekunder

Antara anggota kelompok sekunder, terpaut saling hubungan tak langsung, formal, juga kurang bersifat kekeluargaan. Oleh karen yaitu, sifat interaksi, pembagian   kerja,  pembagian  kerja  antaranggota kelompok   di  atur  atas dasar  pertimbangan-pertimbangan rasional. obyektif.

Para anggota  menerima  pembagian  kerja/pembagian tugas atas dasar kemampuan; keahlian  tertentu,  di samping dituntut  dedikasi. Hal-hal semacam  itu diperlukan untuk  mencapai  target  dan  tujuan  tertentu  yang telah  di  flot  dalam  program-program yang  telah  sama-sama disepakati. Contoh-contoh kelompok  sekunder,  misalnya : partai politik, perhimpunan serikat  kerja/serikat buruh, organisasi profesi dan sebagainya. Berlatar belakang dari  pengertian resmi  dan tak resmi, maka  tumbuh dan berkembang  kelompok   formal  (formal   group)  atau  lebih  akrab  dengan sebutan   kelompok   resmi,  dan  kelompok   tidak  resmi  (informal group). Inti  perbedaan   yang  terjadi   adalah   :  Kelompok   tidak  resmi  (informal group)  tidak  berstatus   resmi  dan  tidak  didukung oleh  Anggaran   Dasar (AD)  dan  Anggaran   Rumah  tangga    (ART)  seperti  yang  lazim  berlaku pacta kelompok   resmi. Sifat  interaksinya berlangsung saling  mengerti  yang  lebih mendalam, karena latarbelakang  pengalaman-pengalaman, senasib sepenanggungan dan  pandangan-pandangan yang  sama.

(2)   Masyarakat lndustri

Durkheim   mempergunakan variasi  pembangian kerja  sebagai  dasar untuk   mengklasifikasikan   masyarakat,   se uai   dengan   taraf perkembangannya. Akan  tetapi  ia lebih  cenderung mempergunakan dua taraf  klasifika!'>i, yaitu  yang  sederhana dan  yang  kompleks. Masyarakat­ masyarakat  yang   berada   di  tengah   kedua   eksterm  tadi  diabaikannya (Soerjono Soekanto, 1982  : 190).
Laju pertumbuhan industri-industri  membawa konsekuensi memisahkan pekerja dengan  majikan  lebih nyata. Majikan  sebagai  pemilik modal  monopoli posisi-posisi tertentu, sehingga menimbulkan konflik. Sejalan  dengan  kompleksitas pembagian kerja,  pekerjaan menjadi  tambah rumit  dan  terlalu  khsusus. Akibat  terjadi  konflik-konflik yang  tak dapat dihindari, kaum  pekerja  membentuk serikat-serikat kerja/serikat buruh.



4.  HUBUNGAN  ANTARA INDIVIDU,  KELUARGA  DAN MASYARAKAT

A.   MAKNA  INDIVIDU

Manusia  adalah   mak.hluk   individu.  Makhluk  individu  berarti   makhluk yang  tidak   dapat  dihagi-bagi, tidak  dapat   dipisah-pisahkan  antara jiwa  dan raganya. Kenyataan-kenyataan yang kita dapati  dalam kehidupan  sehari-hari setiap individu berkembang sejalan dengan ciri-ciri khasnya, walaupun dalam kehidupan  lingkungan yang sama. Contohnya yang sangat tepat adalah anak kembar. Dua individu manusia yang berasal dari satu keturunan yangsama. Bersumber dari  satu  indung  telur,  tetapi  toh-tetap memiliki   karakter  ramah tamah,  periang, dan  mudah  bergaul  dengan  ternan-ternan sebaya  dalam lingkungannya. Anak  yang  satu  lagi  bersifat  tertutup. pemalu,  sukar  bergaul dengan  ternan-ternan  sebaya  dan  lingkungannya. Untuk menjadi individu yang "mandiri" harus melalui proses. Proses yang dilaluinya adalah  proses  pemantapan dalam  pergaulan  di lingkungan keluarga pacta tahap   pertama.   Karakter   yang  khas  itu  terbentuk   dalam   lingkungan keluarga   secara   bertahap   dan  akan  mengendap  melalui   sentuhan-sentuhan interaksi  : etika,  estetika, dan  moral  agama

B. MAKNA  KELUARGA

Keluarga adalah merupakan kelompok  primer yang paling penting di dalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah group yang  terbentuk dari perhubungan laki-laki dan  wanita, perhubungan mana  sedikit banyak berlangsung lama untuk  menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam  bentuk  yang murni  merupakan satu kesatuan sosial  ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang  sama, dimana saja  dalam  satuan masyarakat manusia.
Di  sini  kita  sebutkan 5  macam sifat  yang  terpenting, yaitu  :

I.                    Hubungan suami-isteri
II.                  Bentuk perkawinan di  mana  suami-isteri itu  diadakan dan  dipelihara
III.               Susunan  nama.. nama  dan   istilah-istilah  termasuk  cara  menghitung keturunan
IV.                Milik   atau  harga   benda   keluarga
V.                  Pada  umumnya keluarga itu  tempat bersama/rumah bersama.




C.   MAKNA  MASYARAKAT

Mengenai   arti  masyarakat ini,  baiklah  di  sinikita   kemukakan beberapa definisi  mengenai  masyarakat itu,  seperti  misalnya  :

1.    R. Linton  : Seorang  ahli  antropologi mengemukakan, bahwa  masyarakat adalah setiap  kelompok  manusia  yang telah cukup  lama hidup dan bekerja sama,  sehingga mereka  itu dapat  mengorganisasikan dirinya  dan berfikir tentang  dirinya  sebagai  satu  kesatuan  sosial  dengan  batas-batas tertentu.

2.     M.J.  Herskovist : menulis  bahwa  masyarakat adalah  kelompok individu yang  diorganisasikan dan  mengikuti satu  cara  hidup  tertentu.

3.     J.L.  Gillin  dan  J.P.  Gillin   :  mengatakan bahwa   masyarakat  adalah kelompok  manusia  yang terbesar  dan mempunyai  kebiasaan,  tradisi,  sikap dan  perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu  meliputi pengelompokan-pengelompokan yang  lebih  kecil.

4.    S.R.  Steinmetz : seorang  sosiologi   bangsa  Belanda,  mengatakan bahwa masyarakat adalahkelompok manusia yang  terbesar yang  meliputi pengelompokkan-pengelompokkan manusia yang  lebihkecil, yang mempunyai perhubungan yang  erat  danteratur.

5.    Hasan  Shadily  : mendefinisikan masyarakat adalah  golongan besar  atau kecil  dari  beberapa   manusia,   dengan   atau  karena  sendirinya,  bertalian secara  golongan dan  mempunyai pengaruh kebatinan satu  sama  lain.

Kalau  kita  mengikuti definisi   Linton,  maka  masyarakat itu  timbul  dari setiap   kumpulan  individu,   yang  telah  cukup   lama  hidup  dan  bekerjasama dalam  waktu  lama.

Kelompok manusia yang dimaksud di atas yang belum terorganisasikan mengalami proses  yang  fundamental, yaitu  :

a.     Adaptasi  dan  organisasi dari  tingkah  laku  para  anggota.

b.     Timbul  perasaan  berkelompok secara  lambat  laun  atau !esprit  de corps.

Proses ini biasanya bekerja tanpa disadari dan diikuti oleh semua anggota kelompok  dalam  suasana  trial and error. Dalam  arti  yang  luas  masyarakat dimaksud keseluruhan hubungan-hubungan dalam  hidup  bersama  tidak  dibatasi  oleh  lingkungan, bangsa  dan sebagainya. atau dengan  kata lain : kebulatan dari semua  perhubungan dalam  hidup bermasyarakat. Dalam  arti sempit  masyarakat dimaksud sekelompok manusia yang dibatasi  oleh aspek-aspek tertentu,  misalnya  territorial, bangsa,  golongan dan sebagainya.


Mengingat definisi-definisi masyarakat tersebut  di atas, maka dapat ambil kesimpulan,  bahwa masyarakat  harus mempunyai  syarat-syarat sebagai  berikut:

a.     Harus ada pengumpulan manusia,  dan harus  banyak,  bukan  pengumpulan binatang.

b.    Telah   bertempat  tinggal   dalam   waktu  yang  lama  dalam   suatu  daerah tertentu.

c.     Adanya  aturan-aturan atau  undang-undang yang  mengatur  mereka  untuk menuju  kepada  kepentingan dan  tujuan  bersama.

Di dalam  hubungan  antara  manusia  dengan  manusia  lain,  yang  penting ialah  reaksi  sebagai  akibat  dari hubungan tadi. Reaksi  ini yang menyebabkan hubungan manusia  bertambah luas.  

Menurut Ellwood, faktor-faktor yang  menyebabkan manusia hidup bersama,  adalah  :
a.          Dorongan  untuk mencari  makan; penyelenggaraan untuk mencari makanan itu  lebih  mudah  dilakukan dengan  bekerjasama
b.     Dorongan untuk  mempertahankan diri;  terutama pada  keadaan   primitif;
dorongan ini  merupakan cambuk  untuk  kerjasama.
c.     Dorongan untuk  melangsungkan jenis.


Suatu himpunan manusia supaya merupakan kelompok sosial harus memenuhi syarat-syarat,  antara  lain  :

1.    Setiap  anggotanya  harus  sadar  bahwa  ia   merupakan  bagian  lain kelompoknya.

2.     Ada  hubungan timbal  balik  antara  anggota-anggotanya.

3.     Ada   suatu   faktor  yang   dimiliki  bersama,  seperti  nasib   yang   sama, kepentingan  yang  sama,   tujuan   yang  sama,   ideologi  yang   sama   dan sebagainya.

Menurut  sutardjo Kartohadikusumo, dinyatakan bahwa:

"Desa   ialah   suatu   kesatuan  hukum   di  mana   bertempat  tinggal   suatu masyarakat yang  berkuasa  mengadakan pemerintahan sendiri".

b.    Unsur-unsur  Desa
1.    Daerah,  dalam  arti  tanah-tanah  yang  produktif  dan  yang tidak,  beserta penggunaannya, termasuk  juga unsur lokasi,  luas dan batas  yang merupakan lingkungan  geografis  setempat.
2.   Penduduk,  adalah  hal  yang  meliputi  jumlah  pertambahan,   kepadatan, persebaran  dan mata pencaharian  penduduk desa setempat.
3.   Tata kehidupan, dalam hal ini pola pergaulan dan ikatan-ikatan  pergaulan warga  desa.  Jadi  menyangkut  seluk-beluk  kehidupan  masyarakat  desa (rural society).


Ketiga  unsur  desa  ini  tidak  lepas  satu  sama  lain,  artinya  tidak  berdiri sendiri,  melainkan  merupakan  satu  kesatuan
                                                                                
Unsur daerah,  penduduk  dan tata kehidupan  merupakan  suatu  kesatuan hidup atau "Living  unit". Unsur lain yang termasuk unsur desa yaitu, unsur letak. Letak suatu desa pada  umumnya   selalu   jauh  dari  kota  atau  dari  pusat  pusat  keramaian. Peninjauan ke desa-desa atau perjalanan ke desa sama artinya dengan menjahui kehidupan  di  kota  dan  lebih  mendekati  daerah-daerah   yang  monoton  dan sunyi. Desa-desa  yang   pada perbatasan kota mempunyai  kemampuan berkembang  yang lebih banyak dari pada desa-desa  di pedalaman.

Unsur  letak  menentukan  besar-kecilnya   isolasi  suatu  daerah  terhadap daerah-daerah  lainnya. Desa yang terletak jauh dari batasan kota mempunyai tanah-tanah pertanian yang luas. Ini disebabkan  karena penggunaan tanahnya lebih banyak dititik beratkan pada tanaman pokok dan beberapa tanaman perdagangan  daripada  gedung-gedung  atau perumahan.

Penduduk merupakan unsur yang penting bagi desa. "Potential man power" terdapat di desa yang masih terikat hidupnya dalam bidang  pertanian.


Faktor lingkungan geografis memberi pengaruh juga  terhadap kegotongroyongan ini  misalnya  saja:

a.     Faktor  topografi  setempat  yang memberikan suatu  ajang  hidup dan suatu bentuk  adaptasi  kepada  penduduk.

b.    Faktor  iklim  yang  dapat  memberikan pengamh  positif  maupun   negatif terhadap penduduk  temtama petani-petaninya.

c.     Faktor  bencana   alam  seperti   letusan   gunung,   gempa   bumi,  banjir  dan sebagainya yang  hams  dihadapi   dan  dialami  bersama.


c.    Fungsi  Desa

Pertama, dalam  hubungannya dengan  kota,  maka  desa  yang  mempakan "hinterland" atau  daerah  dukung   berfungsi   sebagai  suatu  daerah  pemberian bahan makanan  pokok seperti  padi, jagung,  ketela, di samping  bahan  makanan lain  seperti   kacang,   kedelai,   buah-buahan,  dan  bahan   makanan   lain  yang berasal  dari  hewan.

Kedua,   desa   ditinjau  dari   sudut   potensi   ekonomi  berfungsi  sebagai lumbung   bahan  mentah  (raw  material)   dan  tenaga  kerja  (man  power)  yang tidak  kecil  artinya.

Ketiga,  dari segi kegiatan  kerja  (occupation) desa  dapat  merupakan desa agraris,  desa  manufaktur, desa  industri,  desa  nelayan,  dan  sebagainya.


Desa-desa di Jawa  banyak  berfungsi sebagai  desa agraris.  Beberapa desa di  Jawa  sudah dapat  pula  menunjukkan  perkembangan-perkembangan  yang bam,  yaitu  dengan  timbulnya industri-industri   kecil  di daerah  pedesaan  dan merupakan "rural  industries". Perkembangan  teknologi  pada   masyarakat  desa   terjadi  sangat lamban, semua  berjalan  sangat   tradisional.  Barang-barang hasil   produksinya adalah barang  pertanian maupun  barang  kerajinan, yang  semuanya tersebut dikerjakan secara tradisional. Hasil  teknologi modern yang masuk  ke daerah/pedesaan hanyalah barang-barang konsumsi (TV,  Radio, Tape  recorder, dan  lain sebagainya). Sedang  barang-barang modal   atau   barang   antara   (Mesin,  dan lain-lain). belum  dapat  dimanfaatkan dengan baik

Dari  uraian  di atas maka  secara singkat ciri-ciri masyarakat pedesaan di
Indonesia pada  umumnya dapat   disimpulkan  sebagai  berikut

(1).  Homogenitas Sosial

Bahwa masyarakat desa  pada  umumnya terdiri dari  satu  atau  beberapa kekerabatan saja,  sehingga pola  hidup  tingkah laku  maupun kebudayaan sama/homogen. Oleh  karena itu  hidup  di  desa  biasanya terasa  tenteram aman  dan  tenang. Hal  ini  disebabkan oleh  pola  pikir,  pola  penyikap dan pola  pandangan yang  sama  dari  setiap warganya dalam  menghadapi suatu masalah.  Kebersamaan,  kesederhanaan  keserasian  dan   kemanunggalan selalu   menjiwai setiap warga   masyarakat desa  tersebut.


(2). Hubungan Primer

Pada masyarakat desa hubungan kekeluargaan dilakukan secara musyawarah. Mulai  masalah-masalah umum/masalah bersama sampai masalah  pribadi.  Anggota  masyarakat  satu   dengan  yang   lain   sating mengenal secara  intim. Pada  masyarakat desa  masalah kebersamaan dan gotong  royong  sangat  diutamakan, walaupun secara  materi  mungkin sangat kurang atau  tidak   mengijinkan.


(3). Kontrol Sosial  yang  Ketat

Di atas dikemukakan bahwa hubungan  pada masyarakat pedesaan  sangat intim dan diutamakan, sehingga  setiap anggota  masyarakatnya saling mengetahui  masalah   yang  dihadapi  anggota  yang   lain.   Bahkan   ikut mengurus  terlalu  jauh  masalah  dan kepentingan  dari anggota  masyarakat yang lain.  Kekurangan dari salah  satu anggota masyarakat, adalah merupakan kewajiban anggota yang  lain  untuk menyoroti dan membenahinya.

(4). Gotong  Royong

Nilai-nilai gotong royong pada masyarakat  pedesaan tumbuh dengan subur dan  membudaya. Semua  masalah  kehidupan  dilaksankaan secara  gotong royong,   baik  dalam  arti  gotong  royong  murni  maupun  gotong  royong timbal   balik.  Gotong   royong   murni  dan  sukarela   misalnya   :  melayat, mendirikan  rumah dan sebagainya. Sedangkan  gotong royong timbal balik misalnya  : mengerjakan sawah,  nyumbang dalam  hajat tertentu  dan sebagainya.

(5). lkatan Sosial

Setiap anggota masyarakat desa diikat  dengan  nilai-nilai adat dan kebudayaan secara  ketat.  Bagi anggota  yang  tidak  memenuhi  norma dan kaidah  yang sudah disepakati, akan dihukum  dan dikeluarkan dari ikatan sosial   dengan   cara  mengucilkan/memencilkan.  Oleh  karena   itu  setiap anggota harus patuh dan taat melaksanakan aturan yang ditentukan. Lebih­ lebih  bagi  anggota   yang  baru  datang,   ia  akan  diakui  menjadi  anggota masyarakat tersebut  (ikatan  sosial  tersebut).

(6). Magis  Religius

Kepercayaan kepada Tuhan  Yang Maha Esa bagi masyarakat desa sangat mendalam. Bahkan  setiap  kegiatan  kehidupan  sehari-hari dijiwai  bahkan diarahkan kepadanya. Sering  kita jumpai  orang  Jawa   mengadakan selamatan-selamatan untuk meminta rezeki, minta perlindungan, minta diampuni  dan  sebagainya.

(7). Pola  Kehidupan

Masyarakat desa bermata pencaharian di bidang agraris,  baik pertanian, perkebunan, perikanan   dan  peternakan. Pada  umumnya  setiap  anggota hanya  mampu  melaksanakan salah   satu  bidang kehidupan saja


5. URBANISASI  DAN URBANISME


Urbanisasi   adalah   suatu   proses   berpindahnya  penduduk  dari   desa   ke  kota atau   dapat   pula   dikatakan  bahwa  urbanisasi  merupakan  proses  terjadinya masyarakat   perkotaan.

Proses  urbanisasi  boleh   dikatakan  terjadi  di  seluruh  dunia,  baik   pada negara-negara yang  sudah  maju  industrinya mupun yang  secara relatif  belum memiliki industri. Bahwa urbanisasi mempunyai akibat-akibat yang  negatif terutama dirasakan  akan oleh   negara   yang  agraris seperti Indonesia ini.  Hal  ini terutama di.sebabkan karena  pada  umumnya produksi pertanian sangat rendah apabila dibandingkan dengan jumlah manusia yang dipergunakan dalam produksi  tersebut   dan  boleh  dikatakan bahwa   faktor kebanyakan penduduk dalam  suatu  daerah "over-population" merupakan gejala  yang  umum  di negara agrariyang  ecara  ekonomis masih   terbelakang.

Proses urbanisasi dapat   terjadi dengan lambat maupun cepat, hal  mana tergantung daripada keadaan masyarakat yang  bersangkutan. Proses tersebut terjadi dengan menyangkut dua  aspek. yaitu  :

perubahannya masyarakat desa  menjadi masyarakat kota

bertambahnya penduduk kota  yang disebabkan oleh  mengalimya penduduk yang  berasal dari  desa-desa (pada  umumnya disebabkan karena penduduk desa   merasa tertarik oleh   keadaan di  kota).

Secara  umum  dapat dikatakan bahwa  sebab-sebabnya adalah  sebagai  berikut  :

1)   Daerah  yang termasuk  menjadi  pusat  pemerintahan atau menjadi  ibukota
(seperti  contohnya Jakarta).

2)  Tempat tersebut letaknya sangat  strategis sekali  untuk  usaha-usaha perdagangan/perniagaan,  seperti   misalnya   sebuah   kota  pelabuhan   atau sebuah   kota   yang   letaknya  dekat   pada   sumber-sumber  bahan-bahan

mentah.

3)   Timbulnya industri di daerah itu, yang memproduksikan barang-barang maupun  jasa-jasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar